Musa di Mesir: Dari Kelahiran hingga Pelarian ke Midian
Kisah Musa merupakan salah satu narasi terpenting dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam. Dari Torah (Keluaran), Alkitab, hingga Al-Qur’an, Musa digambarkan sebagai nabi, pemimpin, sekaligus pembebas bangsa Israel dari penindasan Mesir.
Namun, di balik lapisan teologis ini, kisah Musa juga memiliki konteks sejarah yang dapat dianalisis melalui arkeologi dan studi Mesir Kuno. Artikel ini mencoba menelusuri perjalanan Musa muda di Mesir, kemungkinan hubungannya dengan periode Furaun, hingga pelariannya ke Midian yang menjadi titik balik sejarah.
Bani Israel di Mesir: Latar Belakang
Torah mencatat bahwa setelah masa Yusuf, bangsa Israel berkembang pesat di Mesir, namun akhirnya ditindas oleh “raja yang tidak mengenal Yusuf” (Keluaran 1:8). Mereka diperbudak untuk membangun kota-kota seperti Pitom dan Raamses.
Kemungkinan melalui perbudakan, bangsa Israel yang sebelumnya hidup damai di Goshen dipindahkan ke lokasi proyek sebagai budak pekerja. seperti pada bahasan kita pada artikel sebelumnya.
Penyebutan kota Raamses (Keluaran 1:11) biasanya dikaitkan dengan Pi-Ramesses, dibangun pada masa Ramses II (ca. 1279–1213 SM), jika kedua nama kota tersebut adalah sesuai aslinya maka durasi Bani Israel di Mesir menjadi lebih lama dari 430 tahun.
Berdasarkan kronologi eksodus harusnya terjadi sekitar tahun 1446 SM dimana kota yang disebutkan, khususnya Pi Raamesess belum dibangun. jadi kedua nama kota ini kemungkinan di definisikan ulang belakangan.
Kelahiran Musa dan Masa Kanak-Kanak
Torah menggambarkan kelahiran Musa dalam situasi yang penuh ancaman. Firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki Ibrani dibunuh (Keluaran 1:22). Ibu Musa menyembunyikannya, lalu menghanyutkannya di sungai Nil, hingga ia ditemukan oleh putri Firaun dan dibesarkan di istana (Keluaran 2:1–10).
Narasi Torah memberikan gambaran bahwa musa lahir pada masa kejayaan Mesir dimana Firaun memiliki ketakutan terhadap kemungkinan penghianatan bani Israel, setiap anak laki-laki israel diperintahkan dibunuh yang menurut tradisi Torah adalah dalam rangka mengurangi populasi. dalam narasi Midrash ketakutan ini spesifik disebutkan karena adanya ramalan terkait anak laki laki Ibrani.
Lokasi kelahiran musa terkonfirmasi berada didekat istana Firaun karena dihanyutkan dan kemudian segera ditemukan oleh keluarga Firaun.
Hampir semua Firaun pada masa dinasti ke 18 memenuhi kualifikasi karakter Firaun dalam torah pada masa kelahiran Musa jadi tidak sulit menentukan dia lahir pada periode siapa.
Dengan menghitung rentang waktu berdasarkan narasi Alkitab, memperhitungkan masa hidup Musa harus dilihat sebagai suatu probabilitas, bukan suatu kepastian sejarah, karena ada nya Margin error penanggalan, baik penanggalan arkeologis maupun perhitungan alkitab. kita tidak tau dengan pasti kalender seperti apa yang digunakan alkitab untuk menghitung tahun dalam narasi nya.
berdasarkan kronologi Torah, musa lahir 80 tahun sebelum eksodus dimulai, namun dengan melanjutkan evaluasi kita pada artikel pertama, maka seharusnya musa berusia 40 tahun saat memimpin ekaodus, maka kemungkinan dia lahir pada akhir masa Thutmose I atau awal masa Thutmose II. adapun Putri Firaun yang menyelamatkan Musa di Sungai Nil kemungkinan Anak Thutmose I sekaligus istri dan penerus Thutmose II, yaitu Putri Hepsatshut.
Kemungkinan lebih besar Musa lahir pada masa Firaun Thutmose II yang tidak berlansung lama, kematian Thutmose II dan digantikan Hepsatshut istrinya sebagai Firaun mungkin memberikan keleluasaan musa bisa hidup dan mendapat fasilitas istana.
Jika istana Firaun berada di Thebes, maka lokasi kelahiran Musa kemungkinan besar tidak jauh dari sana, mungkin di sekitar proyek pembangunan di ibu kota sebagai anak seorang budak yang bekerja di proyek-proyek pembangunan pada masa tersebut. ini akan mengganti latar cerita dari Sang Birokrat Yusuf di Itjtawy dekat Delta kepada kisah Musa Sang Revolusioner di Hulu Thebes, namun dalam Landskap geografis yang sama, Padang Rumput Gosyen.
Konflik Pertama: Pembunuhan dan Pelarian ke Midian
Torah mencatat bahwa Musa membunuh seorang Mesir yang menindas orang Ibrani (Keluaran 2:11–15). Kejadian ini terjadi saat Musa berusia 40 tahun menurut narasi Torah. karena perbuatan pembunuhan terhadap warga pribumi, Musa melarikan diri mencari suaka.
Jika kita melihat tindakan Musa dari sudut pandang Psikologis, itu terlihat seperti tindakan seorang remaja atau pemuda yang masih labil, ditambah lagi fakta bahwa pada saat kejadian musa belum berrumah tangga, maka teori pemangkasan usia kita di artikel sebelumnya akan lebih cocok, menempatkan musa pada kejadian pembunuhan ini dalam rentang usia remaja, antara 15-20 tahun. pada masa masa kritis kepemimpinan Fitaun wanita Hapsatshut.
Torah mencatat bahwa Musa melarikan diri ke tanah Midian, sebuah wilayah di sebelah timur Laut Merah yang saat itu berada di luar kekuasaan Mesir. Di Midian, ia menikah dengan Zipora, putri Yitro, seorang imam setempat.
Mengapa Midian?
- Letak Geografis – Midian berada di barat laut Arabia (sekarang sekitar Al-Bad‘, Arab Saudi), di luar wilayah kendali langsung Mesir.
- Politik Mesir – Pada masa Dinasti ke-18, Mesir menguasai Kanaan dan Suriah, tetapi tidak pernah menjadikan Arabia barat sebagai provinsi. mungkin karena wilayah ini dianggap tidak berpotensi.
Dengan demikian, pelarian Musa ke Midian sangat masuk akal secara geografis, politik, maupun arkeologis.
Midian dan Horeb: Satu Lanskap Geografis
"Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali ketika ia menggiring kambing domba itu keseberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni Horeb."
— Keluaran 3:1
Ayat di atas memberikan petunjuk penting: Musa berjumpa dengan Tuhan di Gunung Horeb ketika ia masih berada di Midian. Artinya, Horeb tidak mungkin berada jauh dari Midian, tetapi justru termasuk dalam kawasan yang dapat dicapai dalam rutinitas penggembalaan ternak.
Hal ini bertentangan dengan tradisi kemudian yang menempatkan Gunung Sinai di Semenanjung Sinai bagian selatan (Jabal Musa), yang jauh dari wilayah Midian. Narasi Torah menunjukkan kemungkinan lain: Gunung Horeb/Sinai sebenarnya berada di kawasan barat laut Arabia, dekat dengan wilayah yang secara historis dikenal sebagai Midian (sekarang di sekitar Tabuk, Arab Saudi).
Bukti Arkeologis dan Tradisi
Sejumlah penelitian modern mendukung gagasan ini:
- James K. Hoffmeier berargumen bahwa pengaruh Mesir di Semenanjung Sinai membuat tempat itu tidak ideal sebagai lokasi persembunyian Musa. Midian, yang jelas berada di luar kendali Mesir, lebih sesuai dengan narasi pelarian.
- Emmanuel Anati dan beberapa arkeolog lain menunjuk pada situs-situs kuno di wilayah barat laut Arabia yang memiliki tanda-tanda pemujaan kuno dan kemungkinan cocok dengan lokasi Horeb/Sinai.
Implikasi terhadap Eksodus
Jika benar Horeb terletak di dekat Midian, maka jalur Eksodus juga perlu ditinjau ulang.
Kesimpulan
Kisah Musa muda di Mesir, jika diletakkan dalam konteks sejarah, memperlihatkan banyak titik temu antara kitab suci, arkeologi, dan kronologi Mesir. Dari latar belakang penindasan Israel, gambaran Firaun sebagai penguasa arogan, kelahiran Musa di dekat pusat kekuasaan, hingga pelariannya ke Midian, semuanya bisa dijelaskan secara logis dalam kerangka Mesir pada masa Dinasti ke-18.
Referensi
- Torah, Keluaran 1–5; 7–14.
- Redford, Donald B. Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times. Princeton University Press, 1992.
- Hornung, Erik. Akhenaten and the Religion of Light. Cornell University Press, 1999.
- Kitchen, Kenneth A. On the Reliability of the Old Testament. Eerdmans, 2003.
- Mazar, Amihai. Archaeology of the Land of the Bible. Doubleday, 1990.
- Kitchen, Kenneth A. “The Historical Chronology of Ancient Egypt, c. 3000–1000 BC.” In The Oxford History of the Biblical World, 1998.
- Al-BadÊ¿ excavation reports, Saudi Commission for Tourism and Antiquities, 2000–2010.